- Kenapa harus berbohong?
- Apa berbohong itu menyenangkan?
- Seberapa menarik berbohong itu?
Berawal dari pertanyaan pertama,
Kenapa kita berbohong? Jawaban pertanyaan ini bersifat relatif. Setiap individu
pasti punya alasan tersendiri. Biar orang yang kita bohong (objek) tidak merasa
dirugikan, biar imej kita terhadap objek tetap terpelihara (ababil sekarang
lebih mengenal istilah jaim, atau biar fakta yang seharusnya jelek terlihat
menakjubkan bagi orang lain… hanya itu? Tentu tujuan berbohong itu ga
sesederhana itu, satu page ga bakalan cukup kalo ngelist alasannya doank. Lets say
it’s just the introduction.
Next, apakah berbohong itu
menyenangkan? Disini jawabannya lebih sempit dibandingkan pertanyaan pertama. Tentu
menyenangkan. Ada perasaan terbebas dari rasa takut akan kesalahan yang udah
kita lakuin. But lets see the other side, siapa yang dirugikan tas kebohongan
tadi? Tentu si objek yang dibohongi. Stop! jangan diteruskan.
Seberapa menarik berbohong itu? Ini
merupakan bagian yang aku suka dari artikel ini. Rasa senang saat berbohong itu
mungkin ada. Kesal saat tahu udah dibohongi juga pasti dirasain satu pihak. But
somehow, keadaan pada pertanyaan kedua kadang bisa tertukar. Pernah merasakan
kondisi dimana dibohongi itu menyenangkan dan keadaan ini mengakibatkan subjek
kebohongan menjadi merasa dirugikan? Maybe
YES, maybe NO. letak keseruan permainan ini ada saat kita menempatkan diri
kita pada posisi sedang berbohong meskipun sebenarnya kita yang dibohongi.
Sadar atau tidak, seseorang
berbohong untuk mengkondisikan dirinya seolah-olah ia sedang baik-baik saja. “aku
sedang A” padahal kenyataannya ia sedang B. sejauh ini siapa yang dirugikan? Objek
yang dibohongi? Mungkin benar objek yang dirugikan, tapi pernah memikirkannya
secara terbalik? Saat seseorang berbohong, ia mengharapkan kita percaya akan
apa yang sedang ia lakukan. Saat kita mempercayai kebohongan tersebut, maka tujuan
hadirnya kebohongan itu udah terpenuhi (1-0 untuk subjek).
Sekarang gimana biar imbang? Objek
yang dibohongi kadang lebih cerdas saat disuguhi kebohongan sederhana tersebut.
Pernah membayangkan ada objek yang mengkondisikan dirinya untuk dibohongi? Belum
sempat memikirkan ada kondisi seperti itu? Its happening dude! Saat seseorang
mengkondisikan dirinya untuk dibohongi, subjek yang berbohong membangun
kebohongan diatas objek yang rencananya akan dibohongi. Saat subjek
menggerakkan kebohongannya, subjek kadang lupa kalau sebenarnya ia sudah
membangun satu kebohongan diatas kebohongan lainnya. Jika sudah seperti ini, who
takes the whole control? (1-0 untuk objek yang dibohongi).
Sesederhana itukah berbohong?
Nope! 1 hal yang harus aku tekankan. Kebohongan
hanya akan mengkondisikan diri kita ke tingkat yang lebih SAMPAH. Secara tidak
langsung kita mengatakan kalau kita benar-benar tidak mampu atau tidak cukup
berani untuk jujur. Apa aku terlalu kasar? Of course NO. saat seseorang
membohongi kita, secara sadar ia meletakkan kita ke posisi PALING TIDAK PENTING
dan dengan sadar pula meletakkan KEBOHONGAN ke posisi yang seharusnya menjadi
milik kita. Apa pendapat kalian untuk orang yang dengan sengaja menendang kita
hanya untuk hal yang TIDAK LEBIH PENTING dari kita? Merasa direndahkan???
Satu hal yang aku sarankan “jika
seseorang membohongimu, ia telah merendahkanmu. Jika seseorang menyembunyikan
sesuatu dari mu, ia sebenarnya menggambarkan secara tersirat bahwa kamu itu bukan
apa-apa. Bukan hanya pembohong itu ga pantas ada bersama kamu, tapi kamu
sebenarnya lebih pantas berada bersama orang yang lebih memaknai kamu dengan
kejujuran mereka.”
No comments:
Post a Comment